Newbie Review: Doctor Strange in the Multiverse of Madness (2022)


paankbilang.blogspot,
Film Doctor Strange in the Multiverse of Madness (2022) merupakan entry selanjutnya dari MCU dan kontinuitas langsung untuk Spider-Man No Way Home yang mengambil tema multiverse sekaligus WandaVision dengan lanjutan arc untuk Wanda. Disutradai oleh Sam Raimi yang terkenal dengan sentuhan "horror"-nya. Film ini melanjutkan kisah Stephen Strange pasca No Way Home dan Wanda yang masih gamon karena kehilangan anaknya (yang boongan). Berkonflik pada kedatangan America Chavez yang tidak dapat mengontrol kekuatannya sehingga harus dilindungi oleh Strange dari kejaran Scarlet Witch.

Konon kabarnya, Film ini memang direncanakan untuk mengambil genre horror sejak awal. Scott Derrickson yang awalnya akan menyutradarai film ini memang memiliki background film horror. Juga Sam Raimi, sehingga elemen horror dan eerie akan ditemukan sepanjang film ini.

Dan sebagaimana kita tahu, Marvel Cinematic Universe (MCU) bukanlah franchise yang terbiasa dengan genre tersebut. Maka muncul pertanyaan umum: apakah filmnya berhasil membawakan genre tersebut? 
Jawabannya: IYA, SANGAT BERHASIL!

Ketika saya menonton film ini, tidak hentinya beranjak dari sandaran kursi dan notice dengan begitu banyak referensi ikonik dari film-film Sam Raimi sebelumnya. Membuat saya dalam hati berseru, "SAM RAIMI BANGET!". Ya betul, mulai dari Shot POV di Evil Dead, scene transisi yang lumayan ala-ala sinetron (HAHAHA INI SERIUS), dark comedy, hingga color grading dari film ini membuat saya teringat dengan film Spider-Man (2002). Bahkan Tone warna yang terang membuat saya teringat thanksgiving dinner di film Spiderman.

Oke kita masuk lebih dalam. Dari sejak konflik utama film ini dimulai, kita akan dibuat tegang karena Scarlet Witch layaknya menonton film Slasher. Terrifying. Film ini diisi beberapa jumpscare kecil dan suasana eerie yang membuat kita kurang nyaman. Tapi balik lagi, hal ini menurut saya bisa dibilang tujuan untuk menakuti penonton berhasil.

Highlight utama menurut saya datang dari dinamisasi hubungan Stephen dan Wanda di film ini. Mereka berdua mungkin bukan berada dalam sisi yang sama dalam film ini, tetapi hubungan mereka berdua sangat emosional. Mereka datang dengan egonya masing-masing sehingga tidak heran penonton mungkin akan memiliki kubunya masing-masing ketika menonton film ini. Apalagi mengingat mereka berdua telah berkorban banyak dari peristiwa MCU sebelumnya.

Beberapa mungkin datang untuk melihat cameo karakter favorit mereka dari film ini. Namun, saran saya, lupakan itu, film ini menarik bukan karena cameo-nya, tetapi konflik tiada henti dari Stephen vs Wanda. Film ini meskipun berjudul "madness", tetapi justru memiliki resolusi lain, yakni kebahagiaan. Film ini mencoba untuk memberikan definisi "bahagia" itu apa. Bagaimana cara mendapatkannya dan bagaimana cara menerimanya. Menyejukkan.

Selain itu, banyak line ikonik menyentuh langsung ke dalam hati yang saya yakin akan muncul ke permukaan dalam beberapa minggu ke depan: I Love You in Every Universe.

Film ini mungkin tidak sempurna, akan ada beberapa orang yang kurang dapat menerima formula baru dari MCU kali ini. Ada yang menganggap bahwa ini terlalu berlebihan, tetapi dari saya sendiri, ini justru menarik dan unik, tidak mainstream lagi. Film ini mampu membuat saya girang pada beberapa moment apalagi pada detik-detik breaking the fourth wall. Membuat saya menyimpulkan bahwa akan banyak hal baru dari MCU yang akan datang. Franchise ini ga akan mati. 

Kesan saya untuk film ini lumayan positif. Action sequences, visual effect, scoring, the conflict, the characters, etc. Saya rasa cukup seimbang dan tidak terkesan dilebih-lebihkan untuk sebuah multiversal conflict. Tidak asal tempel cameo sana-sini demi sebuah daya tarik.

Con
Kekurangan dari film ini menurut saya tidak banyak, tetapi highlight saya adalah musik tema Doctor Strange dari film pertamanya yang tidak dimanfaatkan dengan baik. Danny Elfman emang kayak gitusih kalau garap film sekuel, suka ninggalin materi musik dari film sebelumnya.

Epilog
Please, enjoy the madness. It was one hell of a ride. Tonton bersama keluarga, temen, kerabat, dan baiknya sesama yang melek marvel biar pas beres bisa langsung diskusi bareng. HARI INI udah mulai tayang di bioskop kesayangan anda.

Top Blogs jika anda suka dengan blog ini, dan, jangan lupa ninggalin comment sama isi buku tamu yaa

» Read More...

Review Film KKN di Desa Penari Uncut (Spoiler Alert)


paankbilang.blogspot,
Akhirnya setelah penantian begitu panjang selama kurang lebih 2 tahun, film ini rilis juga. Sayang, panjangnya penantian itu nampaknya tidak berbanding lurus dengan kepuasan kami saat menonton filmnya.

Production design jelas merupakan hal yg patut dipuji di film ini. Filmnya sukses menggambarkan suasana mistis Desa Penari dengan begitu wow. 

 Megahnya audio design dalam membangun ambience saat bagian gamelan berkumandang itu harus diakui keren banget. Secara Audio Visual, bintang lima! Yes, secara visual film ini memang kerasa cukup outstanding

  Banyaknya shot-shot cantik yang dipadukan dengan CGI yang terasa cukup on point bikin nuansa angker nan mistis Desa Penari dengan mudahnya nyampe ke penonton. Sayang keunggulan aspek visual tidak mampu diimbangi dengan cara bercerita yang "bener".

Alih-alih mencoba 'plek ketiplek' dengan versi thread di twitter, KKN The Movie malah berujung menjadi sebuah film yang ga nyaman untuk dicerna. Entah sengaja menyesuaikan dengan versi threadnya yang punya cara bercerita lompat-lompat, filmnya pun demikian. 

 Selain cara bercerita yang lompat-lompat dan bikin bingung, cukup banyak pengulangan scene yang ntah buat apa tujuannya selain nambah-nambahin durasi doang.

 Urusan jumpscare pun nyebelin, kaya gak dipikirin timingnya sama sekali. Jump scarenya bikin capek doang. Penonton ga dikasih semacam "sensasi menebak jump scare", di film ini kami cuma ngerasa tim produksinya bilang "nih rasain ni jumpscare gue sebar di mana mana, mampus kaget lu" sama filmnya.


Oke, so far... Visual keren, Segi cerita bikin pusing, jump scare-nya ganggu, terus gimana dengan akting para pemainnya? Well, selain dari adegan pas Widya kesurupan ga ada yang kerasa istimewa sih.

Gimana rasanya nonton versi uncut yang durasinya lebih panjang? Ya ga gimana-gimana selain adegan hahahihe yang well.. emang lumayan kerasa sensual. Kayanya sih kepotong bagian itunya pun nampaknya ga terlalu ngaruh apa-apa. Sama capeknya. 


Alur penceritaan film ini dimulai ketika enam orang mahasiswa, Nur (Tissa Biani), Bima (Achmad Megantara), Ayu (Aghniny Haque), Widya (Adinda Thomas), Anton (Calvin Jeremy), dan Wahyu (Fajar Nugra), mendatangi sebuah desa terpencil untuk menjalankan kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

Oleh kepala desa setempat, Pak Prabu (Kiki Narendra), keenam mahasiswa tersebut telah diingatkan untuk menjaga sikap mereka selama berada di desa tersebut serta mematuhi sejumlah aturan yang telah secara turun-temurun diikuti oleh masyarakat sekitar guna menghormati leluhur mereka.

Sial, keanehan demi keanehan bernuansa mistis mulai terjadi, khususnya kepada Nur dan Widya yang seringkali merasakan diri mereka didatangi oleh sosok penari cantik misterius (Aulia Sarah).

Meskipun berusaha untuk tetap fokus mengerjakan program kerja mereka, gangguan mistis yang terus berlanjut mulai membuat Nur, Bima, Ayu, Widya, Anton, dan Wahyu merasa khawatir akan keselamatan mereka.

 Akhir kata, kami agak menyayangkan gimana versi audio visualnya kali ini ternyata ga menghadirkan storytelling yang lebih baik dari versi twitter threadnya. Ya setidaknya filmnya masih cukup kebantu dengan visualnya yang megah sih.

 Top Blogs jika anda suka dengan blog ini, dan, jangan lupa ninggalin comment sama isi buku tamu yaa

» Read More...

Logo Harkitnas ke-108 Tahun 2016 Vector CDR

paankbilang.blogspot, Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Mei akan datang sebentar lagi. Sebagai kuli di salah satu lembaga pemerintah di kabupaten antah berantah (baca: Kebumen), saia diminta atasan untuk membuat materi publikasi terkait Harkitnas ini.

Sayangnya, hingga tulisan ini dibuwat, belum ada logo resmi yang dikeluarkan oleh Kementerian Kominfo. Mungkin sedang banyak kegiatan. Akhirnya, dengan segala daya upaya yang seadanya saia menggambar sendiri logo Peringatan Hari kebangkitan Nasional ke-108 Tahun 2016 seperti ini:


Saia membuat ini menggunakan software CorelDraw X4 (bukan ori :sad: ). File *.CDR saia sertakan juga dibawah tulisan ini. Link itu menuju ke sebuah file ber-ekstensi *.zip yang berisi file CorelDraw X4 (*.cdr), Font/huruf yang saia gunakan, dan file jadi (*.JPG) dengan resolusi 4393 x 4393 pixel.

File CDR:
klik disini (ziddu)

Terimakasih. Semoga membantu.

» Read More...

Aktifkan mode USB Media perangkat (MTP) Android 4.4 (KitKat) dan 5.0 (Lollipop)

paankbilang.blogspot, Hari ini Selasa (26/01/2016) saia diminta meng-upload sebuah video ke Google Drive oleh seorang teman. Karena posisi di lapangan dan saia tidak membawa flashdrive akhirnya saia menggunakan ponsel Motorola Moto E saia sebagai penyimpan data mass storage. Cus. USB dicolok, muncul notifikasi tersambung ke USB. File ditransfer.

Karena kawan saia gak ini force close tanpa safely remove akhirnya kotak pilihan (check box) "Media perangkat (MTP)" saia unselect. Sesampai di kantor, ponsel saia colok ke komputer. Celakanya, tak ada reaksi apapun baik di komputer maupun di ponsel akibat perbuatan saia tadi. Bagian yang tersulit adalah untuk mengubah kembali pengaturan tadi. Sistem seolah tidak menyediakan opsi "USB sambungan komputer" pada Android ini. Walhasil, pilihan untuk mengeset "perangkat Media (MTP)" atau "Camera (PTP)" tidak ada. Notifikasi mode MTP hilang sama sekali dan tidak ada jalan pintas untuk kembali ke pengaturan itu. Bahkan di mode pengembang sekalipun. Saia Googling pun bingung mau pakai kata kunci apa.

Kabar gembira. Akhirnya ketemu juga pengaturan itu. Ternyata itu nyempil di bagian menu "Penyimpanan" (Storage - english). Fyuhhh... senangnya hatiku turun panas demamku. Kini aku bermain dengan riang...

Jika anda mengalami hal serupa, berikut saia tunjukkan menu tersembunyi itu:


Tampilan seperti ini yang saia harapkan. Tapi jalan menuju kesini... amat terjal berliku.
Pertama, masuk ke Pengaturan (Settings) - Penyimpanan (Storage).
Kemudian perhatikan tanda titik tiga di pojok kanan atas. Itu menu. Pengembang Android menyembunyikannya disitu. Primpen banget yakin. Klik/Pencet/Sentuh/belai touch di bagian itu. dan... jeng jeeng....
Lhaaa.... tampilan tanpa check box ini yang bikin Motorola Moto E milik saia yang menggunakan OS Android KitKat tidak bereaksi saat diculek dicolok ke mata komputer.
Centang. daan... everything is undercontrol, captain.
Selamatlah saia... hahahahaha

» Read More...

Dikantorku, Karyawan WAJIB Pakai Gadget

Saia bekerja disebuah kantor pemerintah. Sebagai freelance. Tempat kerja ane tugasnya adalah memfaSILITasi wakil rakyat. Kota kecil di pesisir selatan Jawa Tengah ini, sejak 6 Agustus 2015 lalu dipimpin oleh Penjabat (PJ) Bupati karena Bupati terpilih sudah habis masa jabatan dan bupati baru belum terpilih.

To the point. Hari pertama menjabat bupati, (sebut saja) pak PJ menginginkan adanya pelayanan prima berbasis teknologi. Dianjurkan pakek twitter. Anjuran ini direspon pimpinan saia dengan (agak) mewajibkan seluruh karyawan, terutama yang PNS, menggunakan smartphone berbasis android. Bahkan beliau memfaSILITasi kredit tanpa bunga bagi yang masih menggunakan hape jadul. Ajieb...

Alhasil, seminggu ini para karyawan yang baru saja bermigrasi ke android sibuk belajar menggunakan perangkat baru. Saia yang pernah sekolah di jurusan yang berbau teknologi lebih sibuk lagi. Ecieeeh... You know what lah ekekekeke

So, whats the problem? Nothing. So far. Hanya kekhawatiran pribadi. Saia agak khawatir hadirnya android di setiap tangan karyawan bukannya meningkatkan (kualitas) kinerja. Apalagi yang dianjurkan pak pimpinan adalah menginstall aplikasi-aplikasi media sosial. Twitter, Facebook, BBM, Line, Whatsapp, Yahoo Messenger. Set dah.

Perubahan situasi pada minggu pertama sejak anjuran penggunaan gadget ini mulai terlihat. Selepas apel pagi, karyawan biasa berkumpul dan bercengkrama di Kitchen and Lounge. Kalo dulu ramai gelak tawa karena semua berbagi cerita, kini topiknya mulai lain. Lain= beda. Bukan "lain" yang media sosial ber ikon hijau itu :D. Topik yang dibahas kali ini lebih ke penggunaan media-media sosial. Celakanya, seperti kodrat awal lahirnya medsos, yang dicari pertama adalag akun-akun kawan lama, bukan instansi yang berhubungan dengan tugas pokok kerja. Saia mulai khawatir dengan dikuasainya penggunaan media sosial ini karyawan malah terjebak pada nostalgia masa lalu. Mendekatkan kawan lama yang jauh. Semoga tidak menjauhkan kami yang dekat secara fisik. Semoga kawan dan atasan saia tidak berubah menjadi komunitas menunduk yang bila ketemu bukan berbincang tapi sibuk dengan perangkat. Semoga ini hanya euforia, dan kelak bisa berjalan lancar seperti yang diinginkan pak PJ. Semoga saia dan rekan serta atasan tetap memprioritaskan menatap mata lawan bicara ketimbang memandang nama pada layar.

Semoga dan semoga. Doakan saia sukses kawan. Ya ang, semoga kamu sukses, lancar rejeki dan dilapangkan segala urusan. Aamiin.

» Read More...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Ideas Community