IDUL Fitri atau Lebaran menjadi momentum sungguh penuh makna. Makna dalam banyak hal: religiositas, ritual, sosial, kultural, dan bahkan ekonomi. Dan, seluruh umat muslim Indonesia, besok, merayakan momentum yang sarat makna itu.
Dengan perasaan bahagia Media mengucapkan selamat bagi seluruh umat muslim yang merayakannya. Selamat Idul Fitri 1426 Hijriah. Selamat kembali kepada kefitrian. Semoga kesucian hati bangsa ini menjadi energi baru untuk menatap masa depan yang (mungkin) kian tidak menentu.
Harus kita katakan, alangkah beruntungnya bangsa yang tengah dililit banyak masalah ini dengan momentum Idul Fitri. Ia menjadi oasis atau setidaknya waktu jeda dari banyak urusan. Fokus kita hanya satu: menyambut dan merayakannya dengan keikhlasan. Karena itu, Idul Fitri tetap menjadi penantian penting, terlebih ketika kehidupan modern sering memberi kekosongan jiwa.
Dalam Idul Fitri pintu maaf dibuka dan silaturahmi pun diberi penekanan amat tinggi. Dan, inilah yang kemudian menggerakkan sesama umat muslim untuk saling menyapa dalam sebuah pertemuan. Pertemuan dalam arti harfiah maupun simbolis.
Mereka yang berada di perantauan menjadi amat penting untuk kembali ke kampung halaman masing-masing. Untuk bersilaturahmi dengan keluarga, dengan kerabat, dengan handai tolan. Menghidupkan kembali batin yang lelah karena kehidupan ‘yang keras’ agar menjadi kerinduan yang penuh arti persaudaraan. Kerinduan seperti inilah yang mengisi ruang-ruang batin kita yang kosong. Ia menjadi kebahagiaan yang tidak tergantikan.
Bisa dipahami, dengan berbagai kesulitan apa pun, pulang kampung atau mudik membalikkan semua logika yang linier. Kesulitan hidup, transportasi yang padat, jarak yang jauh, ternyata bukan kendala. Jutaan orang bergerak untuk pulang kampung. Spirit untuk bertemu menjadi energi yang sungguh menakjubkan. Di sisi lain, mudik juga telah memberi kontribusi dalam distribusi ekonomi di daerah.
Karena itu, Lebaran yang sarat makna itu harus dikelola dengan spirit yang memahami berbagai makna penting itu. Bagi para pemudik, misalnya, makna emosional untuk berpulang harus ditautkan dengan rasionalitas agar bisa mencapai tujuan dengan aman. Bukan dengan penderitaan. Mudik harus menjadi ‘ritual perjalanan’ yang sungguh nikmat.
Sedangkan bagi pengelola negara, harus ada upaya yang terus-menerus memperbaiki sarana transportasi umum, infrastruktur jalan, dan sistem pengamanan dalam perjalanan. Sebab kenyamanan dan keamanan memang hak publik yang harus diberikan. Terlebih dalam suasana Lebaran.
Lebaran pada akhirnya adalah laku ibadah dan juga katup pengaman sosial yang sungguh mantap. Karena itu, perlu manajemen ‘pengelolaan’ yang cerdas dari negara. Agar berbagai makna yang melekat pada Idul Fitri makin punya arti penting bagi yang merayakannya. Bagi seluruh bangsa Indonesia.
di Copy-Paste tanpa koreksi sama sekali karena keburu mau mudik dari: Andie Stuff
jika anda suka dengan blog ini, dan,
jangan lupa ninggalin comment sama isi buku tamu yaa
2 komentar:
mohon maaf lahir dan bathin bro
maaf lahir batin
Post a Comment
Semoga dengan ini, hidup kita semakin lebih baik